31.1.08

25 Januari 2008..usia Pernikahan kami yg ke 5

25 Januari 2003..ketika saat ijab qobul selesai diucapkan dengan lancar, Alhamdulillah..ternyata yang dinantikan, yang direncanakan, yang diharap-harap terkabul juga..Thank’s Robb, Engkau memang Maha segala, betapa yang ku butuhkan selalu Kau penuhi dengan or tanpa aku harus memohon *betapa sombongnya aku*

Hari pertama melangkah menjadi seorang Nyonya, rinduku tak tertahan..betapa aku mendambakan ini. Aku ingin tampil paling cantik, ingin terlihat menawan, ingin berbeda, ingin segalanya tanpa cela.

Tahun pertama pernikahan…”Pernikahan itu indah???”

Menjadi pasangan setelah menikah dengan sebelum menikah ternyata sungguh tidak sama. “Istri saliha”, kata itu menjadi sungguh luar biasa karena kata itu terlalu tinggi derajatnya, terlalu santun, terlalu bijaksana dan tentu saja begitu sulit menjangkaunya. Rumah yang cantik ini tiap hari ramai, ramai oleh pertengkaran-pertengkaran kecil kami. Sesuatu yang nyaris tidak terpikirkan sebelumnya, hal-hal yang begitu tidak penting untuk diperkarakan. Kita dua manusia yang terlalu berbeda. Terlintas..Tuhan, aku tak sanggup..aku butuh suami salih untuk menjadi istri saliha. Seseorang bilang, suamiku bukanlah Muhammad, bukan pula Ibrahim, pun diriku bukanlah Khadijah, bukanlah Aisyah, bukan pula Fatimah..hanya hamba yang berusaha menjadi salih saliha.

Tahun kedua pernikahan…”Menjadi Ibu”

Amanah itu datang..Tuhan begitu mempercayai kami..Selama 9 bulan bergelayut di tubuh ini..serasa ada yang hilang…ups..cantik sekali. Seni hidup yang baru mewarnai hari-hari selanjutnya. Profesi baru disandang..”Ibu”, kata ini jauh lebih mengerikan dari sebelumnya, terlalu mulia..pun terlalu berat. Pundak ini serasa berat sebelah. “Tuhan menciptakan wanita begitu sempurna, begitu perkasa dan begitu indah”, support suami. Aku butuh support tenaga, hubb.., tentu saja pertengkaran tak terelakkan terjadi lagi karena hal itu. Kepenatan seringkali hilang begitu melihat gadis ini, ternyata kehadirannya tidak hanya semakin mendekatkan kami..tapi juga mendekatkan dua keluarga besar..mendekatkan aku pada mertua dan sebaliknya. Seiring dengan disandangnya predikat IBU, ada problem baru, asisten wanted. Problem baru tersebut ternyata menguras tenaga dan waktu. Bidadari inilah barisan utama kami. Kalau urusan bidadari ini beres, mudah pula kita mengurus urusan luar rumah. Perasaan bersalah begitu mendera tatkala teringat anak hanya bersama bidadari dirumah. Hanya doa-doa semata yang menguatkan kami ketika meninggalkannya. Maafkan orang tuamu, Nak…walau kau punya hak untuk tidak memaafkan…….

Tahun ketiga pernikahan…”Menjadi Anak”

Mendadak schedule mengunjungi orang tua meningkat tajam, nyaris dua minggu sekali pulang kampung. Alhamdulillah, suamiku baik sekali..penuh pengertian, luar biasa. Support suami untuk merawat Ayahanda karena ketiadaan Ibunda tercinta begitu besar. Aku menjadi cukup akrab kembali dengan bis EKA jurusan solo Surabaya karena aku sering pulang kampung sendiri. Bidadariku terpaksa kutaruh di Ayahanda karena tiada yang merawat beliau. Pencarian asisten dimulai lagi..stres pusing bete mewarnai hari-hari pencarian. Silih berganti datang dan pergi, bahkan ini berlangsung lebih dari setahun. Suami bilang, Bapak harus dicarikan istri dik, bagaimanapun juga, semandiri apapun lelaki tidak bisa hidup sendiri. Pencarian sosok istri dan ibu dimulai pada akhir tahun ini………….

Tahun keempat pernikahan…”Menjadi Ibu lagi dan Anak lagi”

Alhamdulillah Tuhan mempercayai kami lagi untuk menimang bayi. Setelah Allah menganugerahkan bayi yang cantik, kali ini Allah menganugerahkan bayi yang begitu cakap. Allah memang Maha Sempurna. Suami begitu girang mengetahui hal ini..cita-citanya untuk menjadikan anaknya pemain bola dimulai. Dimana-mana mulai dihiasi bola hingga mulai membuat senewen, pertengkaran diantara kami memang selalu saja ada dan tidak mungkin bisa dihindari, mungkin disitulah letak indahnya pernikahan. Saling hantam, saling baku tembak, saling menangis, saling terbuai dan juga saling sayang. Alhamdulillah juga di tahun ini kami mendapatkan ibu baru untuk kami dan eyang baru untuk anak-anak kami. Aku senang sekali karena sudah ada yang merawat Bapak walau mungkin kami harus beradaptasi.

Tahun kelima pernikahan…”Mohon Doa Restu”

Alhamdulillah…. Allah selalu memberikan yang terbaik buat kami.

Pernikahan kami masih sangat sebentar, mohon doanya supaya pernikahan kami harmonis, pernikahan kami indah dan pernikahan kami barokah buat kami, keluarga dan orang-orang disekitar kami. Mohon doanya juga supaya kami bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak kami, menjadi anak yang baik untuk orang tua kami dan menjadi saudara yang baik untuk teman, tetangga dan semua orang yang kami cintai.

Dari kami yang sedang berusaha menjadi hamba yang baik.

No comments: